Pada tanggal 6
Juni nanti, insya Allah akan diadakan sebuah acara temu kangen antar warga SMUN
106, Jakarta. Atau yang disebut Reuni. Mulai angkatan tahun 1993 – 2014, di Wisma Harjamukti 88, Jl. Putri Tunggal No. 88, Kel. Harjamukti,
Cimanggis, Depok.
Wah…kebayang deh
berapa orang jumlahnya….
Reuni, pastilah
semua sudah paham arti kata itu. Namun terkadang yang menjadi pertanyaan di
benak sebagian orang adalah, apa sih gunanya ? Pentingkah ?
Jawabannya
pastilah berbeda-beda, tergantung oleh siapa yang menjawabnya. Hehehe….
Kita tidak
menutup mata, bahwa sebagian dari kita memiliki latar belakang ekonomi dan
sosial yang berbeda-beda. Meskipun di Indonesia tidak mengenal kasta dalam
kehidupan bermasyarakat, namun masih banyak dari kita yang membuatnya menjadi
berkasta-kasta.
Seberapa sering
saya menjumpai pandangan beberapa orang yang menilai tinggi dan rendahnya suatu
pekerjaan dan status sosial seseorang. Hingga ada ungkapan, tidak penting tentang
apa yang diucapkannya itu benar atau salah, tapi yang penting adalah siapa yang
mengucapkan.
Tradisi ini
sangat sulit untuk diubah. Kesetaraan kita sebagai manusia tetaplah ditentukan
oleh derajat status sosial ekonomi. Itulah kenyataan di masyarakat Indonesia.
Coba saja kita
perhatikan, banyak gedung-gedung di Jakarta atau Mall-Mall yang mentereng,
selalu membedakan pintu masuknya untuk mobil dan motor. Bahkan yang konyol
adalah di beberapa gedung tidak menyediakan lahan parkir untuk motor. Sehingga
bagi pemilik kendaraan masyarakat bawah ini harus mencari parkiran di pinggiran
jalan yang insya Allah aman.
Sekalipun disediakan, lahan parkirnya
beratapkan langit bebas dan beralaskan seadanya. Berbeda dengan pemilik
kendaraan roda empat, yang lahan parkirnya di dalam gedung. Tidak kepanasan dan
bila hujan tidak becek.
Kembali kepada
acara reuni.
Umumnya yang terjadi
dalam suatu ajang reuni adalah…ajang pameran keberhasilan hidup. Meskipun panitia
sudah meyakinkan bahwa tujuan utamanya adalah silahturahmi. Menyambung kembali
komunikasi yang mungkin telah lama terputus. Tapi tidak bisa dipungkiri salah
satu sifat dasar pada diri manusia adalah…ingin dipuji.
Panitia mungkin
sudah mengantisipasinya dengan ketentuan syarat kostum pakaian. Tapi apalah
arti sebuah pakaian yang seragam namun berbeda tunggangan saat datang ke
lokasi.
Maaf, saya tidak
bermaksud mendiskreditkan pihak-pihak tertentu.
Ajang Reuni pada
dasarnya mempunyai maksud yang baik sekali. Namun sayangnya, kebanyakan acara
reuni diisi dengan acara ala pesta. Live musik, makanan dan minuman, canda
tawa, bergunjing dan sebagainya.
Ayolah kawan,
kita sudah dewasa…
Pemikiran dan
hati kita haruslah lebih matang. Mengapa kita harus kembali bergaya seperti ABG
padahal casing kita sudah masuk kategori Dewasa. Mungkin akan lebih terpanggil
insting kedewasaan kita bila dirangsang dengan kegiatan-kegiatan seperti bakti
sosial. Program acara yang langsung menyentuh ke masyarakat.
Janganlah
perlakukan kami seperti ABG…sebab masa itu sudah kami lewati. Mengapa harus
melangkah mundur ?
Sekedar saran…
Saya memang
rindu dengan teman-teman lama, guru-guru yang sudah berkorban demi masa depan
kami. Maka akan sangat bermanfaat sekali bila kita buat program seperti urung
rembug. Misalnya Dompet Alumni, yang tujuannya membantu guru-guru kita dulu dan
siswa-siswa SMUN 106 baik yang sudah menjadi alumni maupun yang masih berstatus
pelajar, bila mereka dalam kesulitan.
Namun saya juga
sangat mengapresiasi kerja panitia yang mau bersusah payah menghubungkan
kembali komunikasi kami yang terputus sejak SMU dulu. Harapannya, tentu acara
ini ada tindak lanjutnya dan tidak hanya sekedar bernostalgia. Izinkan kami
berkontribusi untuk masyarakat melalui komunitas alumni SMUN 106 Jakarta,
sesuai dengan kapasitas kami, intelektual kedewasaan kami dan pengalaman hidup
kami.
Sekali lagi, salam
sukses untuk acara reuni ini dan terima kasih untuk seluruh panitia….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar