Senin, 04 Mei 2015

Lika-liku mencari rumah pertama (3)

PERBURUAN (bag. 3)


Kami telah memberikan tanda jadi hanya sebesar 200 ribu rupiah pada sebuah perumahan di daerah Pondok Rajeg. Semula kami memang ingin membeli rumah secara tunai. Dengan alasan bahwa kami bukan karyawan dari sebuah perusahaan. Saya seorang pekerja lepas di bidang entertainment sedang isteri masih sebagai ibu rumah tangga. Ada sumber dana yang kami harapkan bisa cair dalam 1 bulan, sehingga kami dapat segera merealisasikan mimpi kami.

Namun kenyataan berbicara lain, saya harus melupakan sumber dana untuk rumah impian kami tersebut. Dan kami pun gagal mendapatkan rumah pertama kami di usaha yang pertama.

Akhirnya selama lima tahun kami tidak lagi mencari tahu tentang harga-harga perumahan atau tentang rumah-rumah yang dijual. Seolah kami mengubur mimpi kami tersebut. Dan tanpa terasa isteri sudah menjadi karyawan tetap di sebuah perusahaan swasta selama 3 tahun. Terdorong oleh cerita teman-teman yang berhasil memiliki rumah sendiri melalui KPR, akhirnya saya memutuskan bahwa inilah saatnya kita mewujudkan mimpi kami yang lama terpendam.

Awalnya isteri masih belum yakin bahwa kami mampu untuk mewujudkan mimpi kami tersebut. Sebuah rumah untuk kami miliki adalah sebuah mimpi besar. Tapi saya mencoba meyakinkannya, lagipula puteri kami sudah semakin besar. Ia akan membutuhkan ruang privacy nantinya. Akhirnya isteri pun menyetujui, tapi ia tidak bisa ikut hunting lokasi seperti waktu itu karena pekerjaannya.

Semula lokasi tujuan selanjutnya saya mau mencoba ke daerah Bekasi Selatan sampai Bekasi Barat. Tapi agak mikir juga karena katanya air tanahnya kurang bagus. Akhirnya saya ke Citra Indah di dekat Jonggol, kebetulan ada famili yang tinggal disana, jadi bisa sekalian cari-cari info sekaligus bersilahturahmi.

Setelah chit-chat sebentar, akhirnya Om saya yang telah cukup lama tinggal di sana, bersedia mengantar saya ke cluster-cluster yang sedang dipasarkan dengan harga yang sesuai dengan kami. Ternyata Citra Indah lumayan luas. Bahkan menurut Om saya, akan ada rencana jalan dari perumahan itu yang akan tembus ke Sentul. Wow, jadi mudah aksesnya bila kita berkegiatan di  daerah Kota Bogor atau Depok. Cuma yang cukup disayangkan, kebanyakan type 36 yang harganya bersahabat bagi kami hanya memiliki 1 kamar tidur saja….. Padahal ini type 36…….kan ? Ada juga type 36 dengan 2 kamar namun luas tanah yang lebih besar, jadi harganya lebih tinggi.

Beberapa hari kemudian saya kembali browsing di internet. Ternyata ada juga perumahan di Cileungsi yang harganya dibawah 120 juta. Karena kami sudah pernah melihat rumah yang dijual dengan harga seperti itu, dan sepertinya tidak cocok buat kami. Saya sempat menyisihkan dari pilihan. Setelah beberapa hari dan minggu sudah terkumpul beberapa pilihan. Kini saatnya mulai melakukan penelitian lebih detil dari beberapa pilihan yang ada dengan harapan dapat yang sesuai hati kami.

Namun ternyata banyak yang belum berjodoh rumah-rumah yang ada di daftar kami. Akhirnya saya browsing lagi, dan kembali saya temui iklan perumahan di Cileungsi tersebut. Dan akhirnya saya berniat untuk survey langsung ke lokasi. Dan, kebetulan pula puteri kami pulang sekolah lebih awal, sehingga kami berdua bisa langsung meluncur ke lokasi. Puteri kami sempat menanyakan arah perjalanan, setelah saya sebut ke Cileungsi dia langsung bisa menebak bahwa kami akan melihat rumah yang mungkin bisa kami miliki. Dia terlihat sangat senang dan antusias sekali. Mungkin ini tanda awal yang baik.

Kami melewati jalan Narogong yang sangat berdebu karena banyak truk-truk pengangkut batu kapur dan semen yang berseliweran. Sekitar 4 KM dari pasar Cileungsi ke arah Citeureup, kami berbelok ke kiri yang katanya orang bilang itu adalah jalan alternatif Cileungsi-Jonggol atau ada juga yang bilang kalau itu jalan raya Klapanunggal.

Memasuki jalan Klapanunggal ini polusi debu mulai berkurang. Lebar jalan cukup untuk 2 mobil truk. Setelah kurang lebih 1 KM dan melewati jalan yang berlubang kami tiba di lokasi perumahannya. Karena awalnya memang tidak terlalu minat, saya tidak membawa uang booking yang jumlahnya sudah disebutkan dalam iklan di internet.

Saya cukup terkejut dengan lokasi perumahan itu. Karena dekat sekali dengan gunung. Meskipun itu gunung kapur namun saya menyukai pemandangannya. Di salah satu sisi gunung kapur tersebut terlihat sudah di eksplorasi, sedangkan sisi yang lain masih terjaga keasliannya.

Saya semula hanya berdiri tak jauh dari areal perumahan yang disisi kiri dan kanannya masih ada sawah dan pemandangan depan hamparan pegunungan kapur. Disana sudah ada 3 rumah yang sudah berdiri sebagai rumah contoh dan masih tahap finishing. Dari tempat saya berdiri, sepertinya tampilan rumah tersebut lebih baik dari yang kami lihat diperumahan lain dengan harga yang serupa.

Tiba-tiba seorang marketing menghampiri dan menyapa kami. Ia bernama Pak Taufik dan menjelaskan hal-hal ringan saja seputar perumahan ini. Dan kemudian ia mengajak kami untuk melihat rumah contoh dari dekat.

Setelah mengamati dari dekat, ternyata bangunan rumahnya memang lebih cantik dan maaf, tidak terkesan murahan. Harga cash rumah ini hanya 118 juta all in. Dan untuk KPR ternyata perumahan ini masuk KPR bersubsidi. Artinya bunga hanya 7,25% flat hingga lunas. Dengan membayar booking fee 1 juta rupiah dan uang muka hanya 5 juta rupiah saja, kita sudah bisa langsung pilih kavlingnya. Cicilan hanya 1.050.000 per bulan untuk 15 tahun masa angsuran dan 1.356.000 per bulan untuk 10 tahun masa angsuran.

Pak Taufik menjelaskan syarat-syarat untuk mengajukan KPR. Diantaranya yang utama adalah belum pernah memiliki rumah sebelumnya, berstatus sebagai karyawan tetap minimal 1 tahun, penghasilan tetap tidak melebihi 4 juta sebulan. Kebetulan semua syarat itu sesuai dengan kami. Sementara kami berbincang di ruang tamu yang berukuran 3m x 3m, puteri kami yang sudah kelas 2 SD asyik mengamati kamar-kamar yang berjumlah 2 buah. Ia bahkan sudah mengetahui yang mana yang akan menjadi kamarnya kelak. Dia mengatakan suka dengan rumahnya dan pemandangan yang ada di sekitar perumahan ini.

Namun karena ada beberapa hal yang harus kami pastikan bila ingin mengajukan KPR seperti tentang BI checking, saya belum bisa memberi keputusan kepada Pak Taufik. Walaupun secara lokasi dan bentuk bangunan rumah sudah menggetarkan hati.

Segera setelah saya kembali, saya menghubungi isteri saya bahwa saya sangat tertarik dengan perumahan itu. Dan saya bermaksud untuk melakukan booking fee esok harinya. Karena hari ini sudah tanggal 30 Desember 2014, saya khawatir akan ada kenaikan harga di awal tahun. Ditambah menurut info Pak Taufik bahwa peminat cukup banyak. Saat itu untuk ukuran standard 32/60 sudah habis di tahap ini dan yang tersisa adalah tanah mulai 72m keatas dengan harga tanah lebih adalah 600 ribu per meternya. Tanpa disangka, isteri menyetujuinya untuk saya melakukan pembayaran 1 juta rupiah sebagai booking fee. Padahal ia baru saya infokan via telpon dan belum melihat langsung ke lokasi. Dimana kalau batal, otomatis booking fee hangus. Dan nilai sejuta tentu bukan jumlah yang kecil bagi kami untuk dibuang begitu saja.

Nanti disambung lagi deh…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar