PERBURUAN
(bag. 3)
Kami telah
memberikan tanda jadi hanya sebesar 200 ribu rupiah pada sebuah perumahan di
daerah Pondok Rajeg. Semula kami memang ingin membeli rumah secara tunai.
Dengan alasan bahwa kami bukan karyawan dari sebuah perusahaan. Saya seorang
pekerja lepas di bidang entertainment
sedang isteri masih sebagai ibu rumah tangga. Ada sumber dana yang kami
harapkan bisa cair dalam 1 bulan, sehingga kami dapat segera merealisasikan mimpi kami.
Namun
kenyataan berbicara lain, saya harus melupakan sumber dana untuk rumah impian
kami tersebut. Dan kami pun gagal mendapatkan rumah pertama kami di usaha yang
pertama.
Akhirnya
selama lima tahun kami tidak lagi mencari tahu tentang harga-harga perumahan
atau tentang rumah-rumah yang dijual. Seolah kami mengubur mimpi kami tersebut.
Dan tanpa terasa isteri sudah menjadi karyawan tetap di sebuah perusahaan
swasta selama 3 tahun. Terdorong oleh cerita teman-teman yang berhasil memiliki
rumah sendiri melalui KPR, akhirnya
saya memutuskan bahwa inilah saatnya kita mewujudkan mimpi kami yang lama
terpendam.
Awalnya isteri
masih belum yakin bahwa kami mampu untuk mewujudkan mimpi kami tersebut. Sebuah
rumah untuk kami miliki adalah sebuah mimpi besar. Tapi saya mencoba
meyakinkannya, lagipula puteri kami sudah semakin besar. Ia akan membutuhkan
ruang privacy nantinya. Akhirnya
isteri pun menyetujui, tapi ia tidak bisa ikut hunting lokasi seperti waktu itu karena pekerjaannya.
Semula lokasi
tujuan selanjutnya saya mau mencoba ke daerah Bekasi Selatan sampai Bekasi Barat.
Tapi agak mikir juga karena katanya
air tanahnya kurang bagus. Akhirnya saya ke Citra Indah di dekat Jonggol,
kebetulan ada famili yang tinggal
disana, jadi bisa sekalian cari-cari info
sekaligus bersilahturahmi.
Setelah
chit-chat sebentar, akhirnya Om saya
yang telah cukup lama tinggal di sana, bersedia mengantar saya ke cluster-cluster yang sedang dipasarkan dengan harga yang sesuai dengan
kami. Ternyata Citra Indah lumayan luas. Bahkan menurut Om saya, akan ada rencana jalan dari perumahan itu yang akan tembus
ke Sentul. Wow, jadi mudah aksesnya
bila kita berkegiatan di daerah Kota
Bogor atau Depok. Cuma yang cukup disayangkan, kebanyakan type 36 yang harganya bersahabat bagi kami hanya memiliki 1 kamar
tidur saja….. Padahal ini type
36…….kan ? Ada juga type 36 dengan 2 kamar namun luas tanah yang lebih besar,
jadi harganya lebih tinggi.
Beberapa hari
kemudian saya kembali browsing di
internet. Ternyata ada juga perumahan di Cileungsi yang harganya dibawah 120
juta. Karena kami sudah pernah melihat rumah yang dijual dengan harga seperti
itu, dan sepertinya tidak cocok buat kami. Saya sempat menyisihkan dari pilihan.
Setelah beberapa hari dan minggu sudah terkumpul beberapa pilihan. Kini saatnya
mulai melakukan penelitian lebih detil dari beberapa pilihan yang ada dengan
harapan dapat yang sesuai hati kami.
Namun ternyata
banyak yang belum berjodoh rumah-rumah yang ada di daftar kami. Akhirnya saya browsing lagi, dan kembali saya temui
iklan perumahan di Cileungsi tersebut. Dan akhirnya saya berniat untuk survey langsung ke lokasi. Dan,
kebetulan pula puteri kami pulang sekolah lebih awal, sehingga kami berdua bisa
langsung meluncur ke lokasi. Puteri kami sempat menanyakan arah perjalanan,
setelah saya sebut ke Cileungsi dia langsung bisa menebak bahwa kami akan
melihat rumah yang mungkin bisa kami miliki. Dia terlihat sangat senang dan
antusias sekali. Mungkin ini tanda awal yang baik.
Kami melewati
jalan Narogong yang sangat berdebu karena banyak truk-truk pengangkut batu
kapur dan semen yang berseliweran. Sekitar 4 KM dari pasar Cileungsi ke arah
Citeureup, kami berbelok ke kiri yang katanya orang bilang itu adalah jalan
alternatif Cileungsi-Jonggol atau ada juga yang bilang kalau itu jalan raya
Klapanunggal.
Memasuki jalan
Klapanunggal ini polusi debu mulai berkurang. Lebar jalan cukup untuk 2 mobil
truk. Setelah kurang lebih 1 KM dan melewati jalan yang berlubang kami tiba di
lokasi perumahannya. Karena awalnya memang tidak terlalu minat, saya tidak
membawa uang booking yang jumlahnya
sudah disebutkan dalam iklan di internet.
Saya cukup
terkejut dengan lokasi perumahan itu. Karena dekat sekali dengan gunung.
Meskipun itu gunung kapur namun saya menyukai pemandangannya. Di salah satu
sisi gunung kapur tersebut terlihat sudah di eksplorasi, sedangkan sisi yang lain masih terjaga keasliannya.
Saya semula
hanya berdiri tak jauh dari areal perumahan yang disisi kiri dan kanannya masih
ada sawah dan pemandangan depan hamparan pegunungan kapur. Disana sudah ada 3
rumah yang sudah berdiri sebagai rumah contoh dan masih tahap finishing. Dari
tempat saya berdiri, sepertinya tampilan rumah tersebut lebih baik dari yang
kami lihat diperumahan lain dengan harga yang serupa.
Tiba-tiba
seorang marketing menghampiri dan menyapa kami. Ia bernama Pak Taufik dan
menjelaskan hal-hal ringan saja seputar perumahan ini. Dan kemudian ia mengajak
kami untuk melihat rumah contoh dari dekat.
Setelah
mengamati dari dekat, ternyata bangunan rumahnya memang lebih cantik dan maaf,
tidak terkesan murahan. Harga cash rumah ini hanya 118 juta all in.
Dan untuk KPR ternyata perumahan ini
masuk KPR bersubsidi. Artinya bunga hanya 7,25% flat hingga lunas. Dengan membayar booking fee 1 juta rupiah
dan uang muka hanya 5 juta rupiah saja, kita sudah bisa langsung pilih kavlingnya. Cicilan hanya 1.050.000 per
bulan untuk 15 tahun masa angsuran dan 1.356.000 per bulan untuk 10 tahun masa
angsuran.
Pak Taufik
menjelaskan syarat-syarat untuk mengajukan KPR.
Diantaranya yang utama adalah belum pernah memiliki rumah sebelumnya, berstatus
sebagai karyawan tetap minimal 1 tahun, penghasilan tetap tidak melebihi 4 juta
sebulan. Kebetulan semua syarat itu sesuai dengan kami. Sementara kami berbincang
di ruang tamu yang berukuran 3m x 3m, puteri kami yang sudah kelas 2 SD asyik
mengamati kamar-kamar yang berjumlah 2 buah. Ia bahkan sudah mengetahui yang
mana yang akan menjadi kamarnya kelak. Dia mengatakan suka dengan rumahnya dan
pemandangan yang ada di sekitar perumahan ini.
Namun karena
ada beberapa hal yang harus kami pastikan bila ingin mengajukan KPR seperti tentang BI checking, saya
belum bisa memberi keputusan kepada Pak Taufik. Walaupun secara lokasi dan
bentuk bangunan rumah sudah menggetarkan hati.
Segera setelah
saya kembali, saya menghubungi isteri saya bahwa saya sangat tertarik dengan
perumahan itu. Dan saya bermaksud untuk melakukan booking fee esok harinya.
Karena hari ini sudah tanggal 30 Desember 2014, saya khawatir akan ada kenaikan
harga di awal tahun. Ditambah menurut info Pak Taufik bahwa peminat cukup
banyak. Saat itu untuk ukuran standard 32/60 sudah habis di tahap ini dan yang
tersisa adalah tanah mulai 72m keatas dengan harga tanah lebih adalah 600 ribu
per meternya. Tanpa disangka, isteri menyetujuinya untuk saya melakukan
pembayaran 1 juta rupiah sebagai booking fee. Padahal ia baru saya infokan via
telpon dan belum melihat langsung ke lokasi. Dimana kalau batal, otomatis
booking fee hangus. Dan nilai sejuta tentu bukan jumlah yang kecil bagi kami
untuk dibuang begitu saja.
Nanti
disambung lagi deh…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar