Kamis, 07 Mei 2015

Lika-liku mencari rumah pertama (4)

PERBURUAN AKHIR (bag.4)


rumah contoh yang masih tahap finishing
Setelah siang itu saya melihat ke lokasi perumahan di daerah Cileungsi bersama Zerlina, putri kecil kami yang baru berusia 7 tahun, malamnya saya dan isteri berdiskusi. Terkadang putri kami ikut memberikan pendapatnya dengan antusias.


Saat saya meminta pendapat isteri tentang rencana saya yang esok hari ingin memberikan booking fee di perumahan tersebut, ia mempercayakan saja hal itu kepada saya. Ia setuju untuk mencoba membeli rumah di perumahan tersebut dengan sistem KPR atas namanya. Kebetulan bank yang bekerjasama dengan perumahan tersebut adalah bank BTN. Dimana kami sudah membuka rekening atas nama anak kami dengan walinya adalah isteri. Dan soal BI checking sebagai salah satu syarat pengajuan KPR bersubsidi, isteri merasa tidak ada masalah. Namun ia akan segera melakukan BI checking sendiri, sebab ada famili yang dirasa bisa membantu melakukan pemeriksaan tersebut, karena ia bekerja disebuah bank pemerintah.

Pagi harinya saya hanya sendiri kembali ke Cileungsi menuju ke perumahan yang kemarin telah saya kunjungi. Kembali saya mengamati suasana lokasi sekitar perumahan. Saya mencoba untuk benar-benar merasakan getaran hati. Sebab kata orang mencari rumah tinggal untuk kita huni, seperti mencari jodoh. Harus ada getaran-getaran rasa…hehehe

Dan saya merasakan getaran itu. Semakin lama saya mengamati, seolah semakin ada rasa yang mendorong saya untuk segera mengambil langkah nyata mewujudkan impian keluarga kecil kami. Akhirnya saya kembali menemui Pak Taufik yang saat itu sedang memberikan penjelasan dengan calon pembeli seperti saya.

Hari itu tanggal 31 Desember 2014, lebih ramai orang yang datang mengunjungi perumahan ini dibanding kemarin saat saya datang bersama Zerlina. Sambil menunggu Pak Taufik yang masih sibuk dengan customer lain, saya berbincang-bincang dengan salah seorang laki-laki yang ternyata sudah melakukan pembayaran DP untuk satu unit dengan luas tanah standard yaitu 60 m.

Laki-laki yang sepertinya berusia tidak jauh berbeda dengan saya tersebut, mengatakan bahwa ia sudah melakukan survey di beberapa perumahan di Cileungsi, dan perumahan ini adalah perumahan yang memiliki harga paling terjangkau baginya yang hanya bekerja sebagai karyawan kecil di sebuah pabrik yang juga berada di daerah Cileungsi ini.

Kemudian ada juga pembeli yang berasal dari Daan Mogot, Jakarta Barat. Wow, jauh sekali. Entah untuk ditempati atau sekedar hanya untuk investasi saja. Tapi yang jelas, setahu saya menurut peraturan pemerintah tentang perumahan subsidi, bahwa rumah yang dibeli dengan fasilitas KPR FLPP adalah rumah pertama. Artinya bukan untuk investasi. Ditambah ada aturan yang mengatakan bahwa rumah tidak boleh kosong selama 1 tahun berturut-turut. Tidak boleh disewakan atau dipindahtangankan sebelum 5 tahun masa KPR tanpa sepengetahuan bank pemberi KPR.

Tapi memang sepertinya perumahan ini cukup banyak peminatnya. Mungkin selain harga yang murah, bentuk rumah yang cantik tapi juga lokasi yang tidak terlalu jauh dengan Jakarta dan Bekasi. Dibanding lokasi perumahan lainnya yang dengan harga yang sama tapi lokasi yang lebih jauh.

Setelah menunggu beberapa saat akhirnya Pak Taufik menemui saya. Ia sepertinya tidak menyangka bila saya benar-benar berminat dengan unit rumah di sini. Sebab kemarin, saya memang tidak menunjukkan ekpresi yang serius berminat. Selain itu pertanyaan-pertanyaan yang saya ajukan mungkin terkesan skeptis. Hal itu sengaja saya lakukan karena saya ingin benar-benar mengetahui detail tentang lokasi perumahan dan latar belakang pengembang. Walaupun hingga hari itu saya belum benar-benar mengetahui pengembangnya. Hanya sebuah nama, PT. Vista Bangun Multiguna. Anggota dari Vistaland group.

Pak Taufik kembali memberikan penjelasan bahwa proyek-proyek perumahan yang dibangun oleh Developer ini memang mengkhususkan diri pada proyek perumahan untuk Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR), dimana harga jualnya memang sangat terjangkau. Meski disebut perumahan bersubsidi, tapi bentuk dan kualitas unit rumah yang dibangun tidak terkesan asal-asalan.

 Mendengar penjelasan Pak Taufik tentang proyek-proyek yang sudah dan sedang dikerjakan oleh developer ini, saya berasumsi positif, bahwa pengembang ini sudah cukup berpengalaman. Artinya, Insya Allah bahwa pengembang ini bukanlah pengembang nakal. Saya sering mendengar bahwa banyak sekali pengembang-pengembang nakal yang sangat merugikan konsumen. 

Akhirnya dengan mengucapkan basmallah saya melakukan pembayaran booking fee sebesar 1 juta. Dan saya memilih kavling Blok B2, yang berada di sisi jalan utama perumahan, dengan luas tanah 72 m.  Karena ada kelebihan tanah dari luas standard dan letak strategis, saya harus membayar DP sebesar Rp. 15.200.000,- yang dapat diangsur selama 7x atau 7 bulan. Dan berkas-berkas untuk pengajuan KPR diminta dilengkapi dalam waktu 2 minggu setelah booking fee. 

Alhamdulillah, kini kami telah memulai satu langkah penting dalam hidup. Semakin dekat dalam mewujudkan mimpi besar kami.

Karena saat itu kavling yang saya pilih masuk dalam tahap 4 rencana pembangunannya. Maka saya baru akan diwawancara oleh pihak bank BTN yang bekerjasama dengan perumahan ini, sekitar bulan Juli. Wah…lama juga ya…walaupun secara pembayaran DP jadi lebih ringan. 

Dan petualangan selanjutnya yang lebih seru dimulai dalam tulisan bagian 2 yaitu Proses memiliki rumah dengan KPR bersubsidi.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar