PERBURUAN AKHIR (bag.4)
Setelah siang
itu saya melihat ke lokasi perumahan di daerah Cileungsi bersama Zerlina, putri
kecil kami yang baru berusia 7 tahun, malamnya saya dan isteri berdiskusi. Terkadang
putri kami ikut memberikan pendapatnya dengan antusias.
Saat saya
meminta pendapat isteri tentang rencana saya yang esok hari ingin memberikan
booking fee di perumahan tersebut, ia mempercayakan saja hal itu kepada saya.
Ia setuju untuk mencoba membeli rumah di perumahan tersebut dengan sistem KPR atas namanya. Kebetulan bank yang
bekerjasama dengan perumahan tersebut adalah bank BTN. Dimana kami
sudah membuka rekening atas nama anak kami dengan walinya adalah isteri. Dan
soal BI checking sebagai salah satu syarat pengajuan KPR bersubsidi, isteri
merasa tidak ada masalah. Namun ia akan segera melakukan BI checking sendiri,
sebab ada famili yang dirasa bisa membantu melakukan pemeriksaan tersebut,
karena ia bekerja disebuah bank
pemerintah.
Pagi harinya saya
hanya sendiri kembali ke Cileungsi menuju ke perumahan yang kemarin telah saya
kunjungi. Kembali saya mengamati suasana lokasi sekitar perumahan. Saya mencoba
untuk benar-benar merasakan getaran hati. Sebab kata orang mencari rumah
tinggal untuk kita huni, seperti mencari jodoh. Harus ada getaran-getaran rasa…hehehe…
Dan saya
merasakan getaran itu. Semakin lama saya mengamati, seolah semakin ada rasa
yang mendorong saya untuk segera mengambil langkah nyata mewujudkan impian
keluarga kecil kami. Akhirnya saya kembali menemui Pak Taufik yang saat itu
sedang memberikan penjelasan dengan calon pembeli seperti saya.
Hari itu
tanggal 31 Desember 2014, lebih ramai orang yang datang mengunjungi perumahan
ini dibanding kemarin saat saya datang bersama Zerlina. Sambil menunggu Pak
Taufik yang masih sibuk dengan customer
lain, saya berbincang-bincang dengan salah seorang laki-laki yang ternyata
sudah melakukan pembayaran DP untuk satu unit dengan luas tanah standard yaitu
60 m.
Laki-laki yang
sepertinya berusia tidak jauh berbeda dengan saya tersebut, mengatakan bahwa ia
sudah melakukan survey di beberapa
perumahan di Cileungsi, dan perumahan ini adalah perumahan yang memiliki harga
paling terjangkau baginya yang hanya bekerja sebagai karyawan kecil di sebuah
pabrik yang juga berada di daerah Cileungsi ini.
Kemudian ada
juga pembeli yang berasal dari Daan Mogot, Jakarta Barat. Wow, jauh sekali. Entah untuk ditempati atau sekedar hanya untuk investasi saja. Tapi yang jelas, setahu
saya menurut peraturan pemerintah tentang perumahan subsidi, bahwa rumah yang dibeli dengan fasilitas KPR FLPP adalah rumah pertama. Artinya bukan untuk investasi. Ditambah ada aturan yang mengatakan bahwa rumah tidak
boleh kosong selama 1 tahun berturut-turut. Tidak boleh disewakan atau
dipindahtangankan sebelum 5 tahun masa KPR
tanpa sepengetahuan bank pemberi KPR.
Tapi memang
sepertinya perumahan ini cukup banyak peminatnya. Mungkin selain harga yang
murah, bentuk rumah yang cantik tapi juga lokasi yang tidak terlalu jauh dengan
Jakarta dan Bekasi. Dibanding lokasi perumahan lainnya yang dengan harga yang
sama tapi lokasi yang lebih jauh.
Setelah
menunggu beberapa saat akhirnya Pak Taufik menemui saya. Ia sepertinya tidak
menyangka bila saya benar-benar berminat dengan unit rumah di sini. Sebab
kemarin, saya memang tidak menunjukkan ekpresi
yang serius berminat. Selain itu pertanyaan-pertanyaan yang saya ajukan mungkin
terkesan skeptis. Hal itu sengaja
saya lakukan karena saya ingin benar-benar mengetahui detail tentang lokasi
perumahan dan latar belakang pengembang. Walaupun hingga hari itu saya belum
benar-benar mengetahui pengembangnya. Hanya sebuah nama, PT. Vista Bangun
Multiguna. Anggota dari Vistaland group.
Pak Taufik
kembali memberikan penjelasan bahwa proyek-proyek perumahan yang dibangun oleh Developer ini memang mengkhususkan diri
pada proyek perumahan untuk Masyarakat
Berpenghasilan Rendah (MBR), dimana
harga jualnya memang sangat terjangkau. Meski disebut perumahan bersubsidi,
tapi bentuk dan kualitas unit rumah yang dibangun tidak terkesan asal-asalan.
Mendengar
penjelasan Pak Taufik tentang proyek-proyek yang sudah dan sedang dikerjakan
oleh developer ini, saya berasumsi positif, bahwa pengembang ini sudah cukup berpengalaman. Artinya, Insya Allah bahwa pengembang ini bukanlah pengembang nakal. Saya sering
mendengar bahwa banyak sekali pengembang-pengembang nakal yang sangat merugikan
konsumen.
Akhirnya
dengan mengucapkan basmallah saya melakukan pembayaran booking fee sebesar 1
juta. Dan saya memilih kavling Blok B2, yang berada di sisi jalan utama perumahan, dengan luas tanah 72 m. Karena ada kelebihan tanah dari
luas standard dan letak strategis, saya harus membayar DP sebesar Rp. 15.200.000,- yang dapat
diangsur selama 7x atau 7 bulan. Dan berkas-berkas untuk pengajuan KPR diminta dilengkapi dalam waktu 2
minggu setelah booking fee.
Alhamdulillah, kini kami telah memulai
satu langkah penting dalam hidup. Semakin dekat dalam mewujudkan mimpi besar
kami.
Karena saat
itu kavling yang saya pilih masuk
dalam tahap 4 rencana pembangunannya. Maka saya baru akan diwawancara oleh
pihak bank BTN yang bekerjasama dengan perumahan ini, sekitar bulan Juli. Wah…lama juga ya…walaupun secara
pembayaran DP jadi lebih ringan.
Dan
petualangan selanjutnya yang lebih seru dimulai dalam tulisan bagian 2 yaitu Proses
memiliki
rumah
dengan
KPR
bersubsidi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar