Kamis, 10 September 2015

Proses Memiliki Rumah (3)

Puri Harmoni 7 (bag.3)



Saat saya sudah mulai proses untuk pembelian rumah di Puri Harmoni 7, tanpa disangka, teman dekat saya juga berminat dan akhirnya ikut mengambil unit rumah Puri Harmoni 7. Kawan saya yang biasa dipanggil Ko Jefri, memilih kavling D5 no. 12, yang ternyata masuk di tahap 2 pembangunannya. Jadi meskipun saya yang lebih dulu proses, namun untuk jadwal wawancara bank dan serah terima kunci nantinya Ko Jefri akan lebih dulu.

Wah, saya jadi lebih bersemangat untuk mengikuti proses ini hingga selesai. Karena saya akan ada teman untuk saling berbagi informasi tentang segala sesuatunya selama dalam perjalanan proses di perumahan ini.

Luas tanah yang dipilih Ko Jefri di perumahan ini sekitar 105 m2. Sehingga DP yang harus dibayarkan lebih dari 32 juta rupiah dan dapat dicicil hingga 7 x.

Kini kami jadi lebih sering bertemu untuk sekedar berdiskusi tentang PH 7. Kesamaan kami adalah, ini merupakan rumah pertama dan pengalaman pertama membeli rumah. Jadi saya merasa tidak sendirian dalam petualangan ini. 

Akhirnya saya dan Ko Jef mulai menyicil DP sesuai yang telah ditentukan oleh pihak developer.
Selama masa menyicil saya dan Ko Jef sering berkunjung ke lokasi untuk melihat progres pembangunan disana. Hampir seminggu sekali kami ke lokasi perumahan. Hingga kami mulai mengenal beberapa orang dari developer, terutama Pak Pengki. Pak Pengki adalah salah seorang petugas keamanan di Puri Harmoni 7. Orangnya ramah dan menyenangkan. Beliau sampai hafal dengan wajah kami karena mungkin seringnya kami datang. Hehehe….

Dari Pak Pengki kami mendapat informasi tentang progres pembangunan di PH 7. Hal yang pertama dilakukan developer, tentu saja membuka jalan akses untuk truk yang membawa bahan-bahan bangunan. 

Bulan Januari kami melihat jalan di depan kantor pemasaran dan rumah contoh sudah di beton, namun hanya sekitar 100-an meter saja yang dibeton, sedang sisanya masih berupa jalan tanah yang masih bergelombang.

Jalan beton yang sudah dibuat

Jalan beton di depan rumah contoh dan kantor pemasaran



Setelah beberapa kali kami datang, kami belum juga melihat para pekerja mulai membangun unit rumahnya. Masih berupa akses jalan yang dikerjakan dan beberapa bedeng bangunan yang terbuat dari triplek yang sudah berdiri. Beberapa bahan bambu memang sudah menumpuk di salah satu sisi kavling blok C namun tanda-tanda untuk mulai membangun unit rumahnya belum kami lihat. Belum ada tumpukan batako, semen ataupun pasir.

Saat itu mulai masuk bulan Februari, kami mulai cemas akan keterlambatan waktu pembangunan yang nantinya berimbas pada jadwal serah terima tentunya.

Kami lalu menanyakan kepada Pak Taufik, selaku marketing kami, tentang kapan pembangunan dimulai ?

Dikarenakan faktor cuaca yang belum bersahabat, alias hujan deras hampir setiap hari, menyebabkan pembangunan belum bisa dilaksanakan, demikian jawaban Pak Taufik. Dan mengenai jadwal serah terima untuk tahap 1 & 2 memang dipastikan mundur, namun diharapkan tahap selanjutnya tidak. 

Yaah, kami hanya bisa berharap semoga tidak ada kendala selain faktor cuaca. Dan semoga cuaca di bulan Februari ini mulai bersahabat. Please….

Menjelang pertengahan Februari 2015, Ko Jef menelepon saya yang mengatakan bahwa ia mendapat panggilan untuk wawancara hari sabtu nanti. Sebenarnya itu kabar yang baik, artinya tahap baru dimulai. Namun ia heran, padahal ia baru 2x bayar cicilan dari 7x kewajibannya.

Saya katakan padanya bahwa hal itu bukan masalah, karena toh baru wawancara. Kecuali kalau akan dilakukan akad kredit, maka harus sudah lunas DP yang menjadi kewajiban kita sebagai pembeli.

Saya baru bisa bertemu Ko Jef pada hari seninnya, karena sabtu-minggu saya harus bekerja. Tak sabar rasanya untuk segera bertemu dengannya dan menanyakan seperti apa proses wawancaranya.

Akhirnya saat kami bertemu, ia mengatakan bahwa harus membuka rekening bank BTN dan kemudian pertanyaan-pertanyaan seputar pekerjaan. Dari mulai alamat kantor, berapa lama kerja disana, berapa gajinya, apa ada pinjaman lain dan seterusnya. Waktu wawancara katanya hanya beberapa menit saja. Tak sampai 5 menit.

Walah…sebentar amat ya.
 


Nyambung lagi ya....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar