Rabu, 29 April 2015

Lika-liku mencari rumah pertama (1)

PERBURUAN (bag. 1)




Yang pertama yaitu Perburuan, berisi tentang perjalanan kami menemukan rumah idaman kami. Dan, yang kedua yaitu Proses, berisi tentang pengalaman kami mengikuti proses yang terjadi dalam memiliki rumah setelah kami menemukan rumah yang kami inginkan. 

Semoga bisa bermanfaat…

Sudah sepuluh tahun kami menikah, tetapi belum juga memiliki rumah sendiri. Lima tahun pertama kami masih tidak terlalu khawatir soal itu. Sebab kami masih nyaman tinggal dirumah orang tua yang saat itu memang cukup besar, sehingga mampu untuk ditempati 3 keluarga kecil sekalipun. Selain itu kami masih belum PeDe untuk memiliki rumah sendiri dan orangtua juga menyarankan untuk tinggal bersama dulu sambil mengumpulkan rezeki untuk membeli rumah. Ya betul juga sih, daripada ngontrak. Jadi demikianlah, kami tinggal seatap dengan orang tua meski beda lantai. Dilantai atas yang kami tempati sudah ada dapur, ruang keluarga, KM, KT dan ruang usahaku sendiri, jadi bagaimana kami tidak nyaman….hehehe.

Hingga 5 tahun kemudian, tepatnya tahun 2010, kami baru merasakan pentingnya untuk segera mewujudkan keinginan memiliki rumah sendiri. Kami awali dengan mengontrak sebuah rumah petak yang sederhana di daerah Cibubur. Inilah awal perjalanan keluarga kami seutuhnya. Kami baru merasakan serunya hidup berkeluarga dengan seorang isteri dan seorang puteri kecil yang lucu. 

Awal tinggal terpisah dari orang tua, mulai kami serius memikirkan rumah tinggal sendiri. Kami mulai mendata rumah seperti apa yang kami idamkan. Pertama, kami hanya butuh 2 atau 3 kamar tidur. 1 atau 2 kamar mandi. Ada ruang keluarga dan ruang tamu dan dapur yang cukup nyaman untuk isteri berkreasi masakan.

Setelah data kami sepakati tentang rumah yang kami inginkan, mulailah kami berburu informasi rumah yang dijual dengan spesifikasi data yang sesuai. Awal searching di internet, kami terkejut dengan harga jual rumah di Jakarta yang sesuai keinginan kami.  Harganya diatas 300 juta. Tentunya harga yang terlampau tinggi dari bayangan awal kami.

Lalu kami alihkan pencarian ke lokasi sekitar Depok. Tahun 2010, harga-harga perumahan di sekitar Depok sepertinya lebih rasional bagi kami. Kamipun mulai melihat ke lokasi. Kami mulai dari daerah Sawangan, Depok. Disana cukup banyak perumahan yang kami kunjungi. Ada salah satu perumahan yang sempat kami lirik. Rumah yang ditawarkan adalah Type 36/72.. Dari data spesifikasi bangunan, kami menilai cukup baik dengan harga yang bersahabat. Desain gerbang depan perumahan juga cukup elit bagi kami. Kemudian kami melihat ke kavling yang sedang dipasarkan tersebut. Wow, cukup jauh dari gerbang depan. Karena ini perumahan baru, jadi kavling paling belakang yang baru dipasarkan. Namun karena kami masih mau mencari perbandingan terlebih dahulu dengan perumahan-perumahan lainnya, kami belum melakukan pemesanan rumahnya.

Kemudian kami melanjutkan ke arah Bogor. Kami sampai di daerah Kalisuren. Disana ada beberapa perumahan dengan harga yang jauh lebih murah. Dibawah 100 juta. Kami pun masuk ke dalam perumahan tersebut. Kami sengaja tidak ke kantor pemasaran terlebih dahulu karena ingin melihat suasana lingkungan. Di dalam perumahan tersebut ternyata sudah cukup ramai dengan penghuninya. Bahkan banyak yang sudah direnovasi dari bangunan awal. Bangunan rumah sepertinya lebih sederhana dari yang kami lihat di Sawangan. Atapnya juga tidak menggunakan baja ringan. Ya menurut saya, sesuailah dengan harga yang ditawarkan. Setelah melihat sekeliling perumahan itu, kami pun mencari informasi ke kantor pemasaran. Ternyata itu memang perumahan murah untuk masyarakat berpenghasilan rendah (MBR). Yang membeli rumah di perumahan tersebut kebanyakan orang-orang yang bekerja disektor informal.

Lingkungan sekitar perumahan di Kalisuren tersebut masih banyak kebun dengan pohon-pohon yang rindang dan bila malam hari akses menuju perumahan dari arah Depok lumayan bikin bulu kuduk merinding. Tentu saja hal ini yang membuat isteri agak kurang sreg. Ia khawatir, karena saya bila pulang kerja bisa di atas jam 10 malam. Dan untuk keluarga besar kami, sepertinya terlalu jauh bila ingin berkunjung. Meskipun harganya sangat bersahabat, akhirnya diputuskan untuk tidak memasukkan dalam daftar kami.

Perburuan kami dihari pertama pun selesai.